Pregnancy Journey : New Hope

Lanjutan dari Pregnancy Journey : The First.

picture by pinterest / etsy.com
Selama masa pemulihan, saya ditangani oleh dokter J. Beliau menyarankan agar saya 'libur' selama 3 bulan. Awal bulan Desember 2017, saya mendapat menstruasi pertama setelah nifas. Tapi menstruasi kali ini berlangsung lama sekali. Setelah 2 minggu tak kunjung berhenti, saya memutuskan untuk konsultasi ke dokter J tapi sayangnya beliau sudah cuti sampai tahun baru. Suami lalu meminta saya mencari dokter pengganti yang perempuan, sayangnya semua dokter kandungan yang praktik hari itu adalah laki-laki. Saya ingat di dekat rumah mertua ada klinik dokter kandungan yang, Alhamdulillah, perempuan. Saya pun kesana dengan jalan kaki kira-kira 20 menit dari RS tempat praktik dokter J. Waktu itu, suami masih kerja jadi saya jalan sendiri.

Sampai di klinik, saya langsung registrasi jam 1 siang. Kata bagian administrasinya, dokter akan datang jam 3 jadi saya menunggu tapi ternyata dokter datang jam 5. Awalnya gemas sama dokter berinisial F ini karena datang terlambat padahal klinik sudah penuh sama pasien yang menunggu. Tapi ada rasa bahagia ketika dokter F bilang bahwa saya tidak perlu 'libur'. Menurutnya, dinding rahim saya memang masih tebal (pasca keguguran) tapi kondisi ini justru sangat baik untuk hamil lagi. Beliau lalu memberi saya obat agar menstruasi saya berhenti.

Akhir Januari 2018, saya datang lagi ke dokter F. Memang sudah waktunya konsultasi tapi kali ini saya membawa kabar baik.

Alhamdulillah, saya hamil lagi :) Saat itu usia kandungan saya sekitar 6 minggu.

picture by pinterest / etsy.com
Kehamilan kali ini saya baru merasakan morning sickness. Saat usia kandungan 3 bulan, saya sering mengalami pusing. Dokter F bilang mungkin karena saya kurang nafsu makan jadi energi saya ikut berkurang. Beliau menyarankan saya lebih sering makan yang manis-manis. Jadilah suami saya pada saat itu sering membelikan saya jus, permen, cokelat, roti dan sebagainya. Hihi.

Dokter F ini sebenarnya sangat baik dan ramah bahkan terkesan hobi ngobrol dengan pasiennya. Meski pasiennya banyak tapi beliau selalu bersedia menjawab apapun yang ditanyakan pasien. Beliau juga hafal dan selalu menyapa suami saya, bahkan setiap cek USG beliau selalu memastikan suami ikut melihat dan bicara seakan-akan yang hamil bukan hanya saya tapi suami juga. Sampai suatu hari saat saya mau kontrol kandungan, tiba-tiba kliniknya tutup. Saat dihubungi via telepon, admin-nya selalu bilang kalau dokter sedang sakit. Tapi sebulan berlalu dan klinik tetap tutup bahkan plang-nya sudah dicopot. Akhirnya kami memutuskan mencari dokter kandungan yang lain.

Bersambung ke artikel selanjutnya.

Komentar

Postingan Populer